![]() |
Usaha Ikan Salai |
Hal ini dikarenakan ikan salai yang merupakan salahs atu oleh - oleh khas Natuna khususnya dari kota Ranai, mulai sepi pembeli. Karena pada masa sebelum PPKM, kebanyakan pembeli ikan salai adalah para tamu yang berkunjung ke Natuna.
"Dulu sebelum PPKM saya biasa salai ikan 4 kali sehari, kadang sampai Rp.2 juta lebih modalnya, sekarang paling Rp.800 ribu aja, cuma untuk 2 kali salai, itupun kadang tak habis," ungkap Anwar (45) salah seorang pedagang ikan salai di kawasan batu kapal.
Kawasan batu kapal terkenal sebagai tempat penjual ikan salai, ada sekitar 10 orang penjual ikan salai disepanjang jalan Datuk kaya Wan muhamad benteng, batu kapal, kelurahan Ranai, kecamatan Bunguran Timur, Natuna.
Dimasa PPKM ini transportasi tujuan dari dan ke Natuna menjadi sangat terbatas. Bahkan saat ini peswat komersil hanya satu kali dalam seminggu. Sementara kapal Penumpang milik PT. Pelni terhenti sama sekali.
Sebelum PPKM penerbangan ke Natuna hampir setiap hari kecuali hari Minggu. tamu dari luar Natuna baik untuk tugas pemerintahan maupun masyarakat biasa selalu ada.
Dengan tidak adanya penerbangan dan kapal laut ke Natuna, otomatis pembeli ikan salai kini hanyalah masyarakat lokal, yang tentunya cukup terbatasa membeli ikan, karena rata - rata hanya untuk dikonsumsi sendiri.
"Jauh menurun pembelinya, karena sekarang hanya orang sekitar Ranai saja yang beli," tambah Anwar.
Sementara itu saat ini ikan tongkol sebagai bahan baku utama ikan salai juga sedang tinggi harganya dipasaran karena cuca yang kurang baik. Sehingga para pedagang ikan salai sedikit kesulitan untuk mendapatkan ikan tongkol segar.
Harga ikan tongkol segar bobot 1 kilogram, saat ini mencapai Rp.40 ribu .
" Kami jual ikan salai tergantung harga ikan segarnya, kalau yang Rp.40 ribu seekor, kami jual Rp.50 ribu sudah salai, jualnya pakai sebelah- sebelah, mulai harga Rp.15 ribu sampai harga rp.40 ribu sebelah, tergantung ebsar ikannya,'' tutur Anwar. (Piston)
Posting Komentar