![]() |
Encang Zaenal Muarif, Ketua PGRI Banjar |
Acara Konferensi yang diikuti oleh pengurus PGRI dari seluruh kecamatan di Kota Banjar ini juga sekaligus menetapkan jajaran pengurus baru.
Encang Zaenal Muarif, terpilih setelah melalui proses pemilihan yang kompetitif, mengungguli pesaingnya, Ruhimat. Sehingga kepemimpinan pun beralih dari ketua sebelumnya, yaitu, Dadang Darul.
Wakil Ketua terpilih yaitu Sugeng Joniarto, Sugeng Darwito, dan Supriyandi. Sedangkan untuk posisi Sekretaris dipercayakan kepada Acep Rizal Setia Gumelar.
Pada acara ini, Ketua PGRI Jawa Barat, Ahmad Juhana, menekankan pentingnya sinergi antara PGRI dan Pemkot Banjar. Ia mendorong loyalitas anggota dan memperkuat kerja sama dengan Dewan Pembina dari unsur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
“Sinergi antara PGRI dan Dinas Pendidikan adalah langkah strategis demi masa depan para pendidik,” ucap Ahmad.
Ahmad juga memberikan apresiasi khusus kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banjar atas kehadiran mereka secara bersamaan dalam konferensi itu.
“Dari 22 kabupaten/kota di Jawa Barat, hanya Kota Banjar yang menghadirkan Wali kota dan Wakil Wali kota secara bersamaan dalam konferensi PGRI. Ini bentuk dukungan luar biasa yang patut diapresiasi,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Banjar terpilih periode 2025-2030, Encang Zaenal Muarif, menyatakan tentang persoalan serius yang masih membayangi dunia pendidikan di daerahnya, yaitu, tingginya angka anak putus sekolah.
Encang mengungkapkan bahwa berdasarkan data yang dihimpun, sebanyak 1350 anak tercatat tidak melanjutkan pendidikan di Kota Banjar. la menyebutkan, mayoritas dari mereka terpaksa berhenti sekolah.
"Data yang kami terima menunjukkan bahwa biaya pendidikan, kebutuhan hidup sehari-hari, dan minimnya dukungan lingkungan menjadi penyebab utama anak-anak ini tidak bisa melanjutkan sekolah. Menurut saya situasi seperti ini harus menjadi perhatian semua pihak, bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja," ucapnya kepada beberapa awak media yang meliput.
Lanjut Encang, salah satu langkah yang akan segera dilakukan adalah menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, mulai dari dunia usaha, lembaga sosial, hingga tokoh masyarakat. Tujuannya, agar dapat membangun kolaborasi nyata dalam menyelamatkan masa depan pendidikan anak-anak Banjar.
Ia juga menyadari bahwa faktor ekonomi menjadi tantangan utama yang memicu angka putus sekolah. la menekankan bahwa kesulitan memenuhi kebutuhan dasar membuat banyak orang tua tak mampu lagi membiayai pendidikan anaknya.
"Mayoritas karena faktor ekonomi. Banyak orang tua yang bahkan kesulitan untuk makan sehari-hari, apalagi harus membayar biaya sekolah, transportasi, dan perlengkapan belajar lainnya,” ungkap Encang.
Kemudian, Encang menyatakan bahwa pihaknya memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi hak yang bisa dinikmati semua anak, tanpa terkecuali.
“Pendidikan merupakan hak dasar. Tidak boleh ada anak Kota Banjar yang tertinggal hanya karena dia lahir dari keluarga kurang mampu," ujarnya.
PGRI Kota Banjar akan mulai menyusun sejumlah program strategis yang berfokus pada pencegahan anak putus sekolah. Salah satunya adalah program deteksi dini, di mana para guru akan dilibatkan secara aktif untuk mendata dan melaporkan anak-anak yang tidak bersekolah atau berisiko putus sekolah.
ASEP
Posting Komentar