FOMO sebagai Gaya Hidup Generasi Z Tekanan Tren Viral dan Hilangnya Pertimbangan Rasional Anak Muda


FOMO sebagai Gaya Hidup Generasi Z Tekanan Tren Viral dan Hilangnya Pertimbangan Rasional Anak Muda

 

Ilustrasi: Boneka

OPINI | KEJORANEWS.COM: 

Pendahuluan

Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Generasi Z. Melalui platform digital, berbagai informasi, tren, dan gaya hidup menyebar dengan sangat cepat. Kondisi ini memunculkan fenomena Fear of Missing Out atau FOMO, yaitu rasa takut tertinggal dari tren atau pengalaman yang sedang ramai dibicarakan. Dalam praktiknya, FOMO tidak lagi sekadar perasaan sesaat, tetapi berkembang menjadi gaya hidup yang memengaruhi pola pikir dan perilaku anak muda.

Bagi mahasiswa, fenomena FOMO menjadi isu penting karena berkaitan langsung dengan kemampuan berpikir logis dan kritis. Alih-alih mempertimbangkan kebutuhan secara rasional, banyak keputusan diambil berdasarkan dorongan sosial dan keinginan untuk tetap relevan di lingkungan pertemanan. Jika tidak disikapi secara kritis, FOMO berpotensi melemahkan daya nalar dan membentuk kebiasaan ikut-ikutan yang merugikan.

FOMO dan Budaya Ikut Tren di Media Sosial

Media sosial berperan besar dalam membentuk budaya FOMO. Platform seperti Instagram dan TikTok tidak hanya menyajikan hiburan, tetapi juga menciptakan standar sosial baru. Apa yang viral sering kali dianggap sebagai sesuatu yang wajib diikuti agar tidak dianggap tertinggal.

Salah satu contoh yang cukup menonjol adalah tren blind box bag charm seperti Labubu, Cry Baby, dan karakter sejenis. Konten unboxing yang beredar luas memperlihatkan keseruan membuka kotak kejutan serta kebanggaan memiliki karakter tertentu. Paparan konten semacam ini mendorong banyak anak muda untuk ikut membeli, bukan karena kebutuhan, melainkan karena tekanan tren dan keinginan untuk menjadi bagian dari arus popularitas.

Tekanan Sosial dan Pola Konsumsi Generasi Z

FOMO bekerja melalui tekanan sosial yang kuat. Ketika teman sebaya atau figur publik memamerkan koleksi blind box di media sosial, muncul perasaan tertinggal bagi mereka yang belum memilikinya. Perasaan ini kemudian mendorong keputusan konsumsi yang impulsif.

Banyak mahasiswa rela mengeluarkan uang demi mengikuti tren agar tetap dianggap update. Padahal, tidak semua tren memiliki nilai guna yang sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Keputusan yang diambil cenderung bersifat emosional dan minim pertimbangan logis. Jika dibiarkan, pola ini dapat membentuk kebiasaan konsumtif yang berulang dan berdampak pada kondisi finansial serta kesehatan mental.

Tantangan Berpikir Kritis di Era FOMO

Dalam perspektif Logic and Critical Thinking, FOMO menjadi tantangan serius bagi mahasiswa. Berpikir kritis menuntut kemampuan untuk mempertanyakan informasi, menimbang manfaat, serta mengambil keputusan secara rasional. Namun, budaya FOMO justru mendorong reaksi cepat tanpa proses analisis yang matang.

Meski demikian, FOMO tidak selalu berdampak negatif. Dalam batas tertentu, FOMO dapat mendorong anak muda untuk lebih terbuka terhadap perkembangan zaman. Persoalannya adalah bagaimana mengelola FOMO agar tidak menjadi pengendali utama dalam setiap keputusan. Literasi media dan kesadaran diri menjadi kunci agar mahasiswa mampu memilah tren yang bermanfaat dan tren yang bersifat sementara.

PENUTUP

FOMO sebagai gaya hidup Generasi Z merupakan fenomena nyata di era media digital. Studi kasus tren blind box bag charm seperti Labubu dan Cry Baby menunjukkan bagaimana tekanan sosial dan konten viral mampu menggeser pertimbangan rasional anak muda. Ketakutan akan tertinggal sering kali membuat keputusan diambil berdasarkan emosi, bukan logika.

Oleh karena itu, mahasiswa perlu membangun sikap kritis dalam menyikapi tren yang berkembang. Mengikuti tren bukanlah hal yang salah, selama dilakukan secara sadar dan terukur. Dengan kemampuan berpikir logis dan kritis, Generasi Z dapat memanfaatkan media sosial secara bijak tanpa harus terjebak dalam budaya FOMO yang merugikan.

DAFTAR PUSTAKA

Kominfo RI, Survei Indeks Literasi Digital Indonesia 2023 — https://www.kominfo.go.id/content/detail/32038/survei-indeks-literasi-digital-indonesia-2023/0/berita 

Przybylski, A. K., et al. (2013), Motivational, Emotional, and Behavioral Correlates of Fear of Missing Out — https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0747563213000800 

DataReportal / We Are Social, Digital 2024: Indonesia — https://datareportal.com/reports/digital-2024-indonesia 

CNN Indonesia, Fenomena Blind Box di Kalangan Anak Muda — https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20231101155322-284-1009872/fenomena-blind-box-bikin-anak-muda-kecanduan-beli-koleksi 

Kompas.com, Dampak Budaya Konsumtif pada Generasi Z — https://www.kompas.com/skola/read/2023/06/19/150000369/dampak-budaya-konsumtif-pada-generasi-z 

Tirto.id, FOMO dan Tekanan Sosial di Era Media Sosial — https://tirto.id/fomo-dan-tekanan-sosial-di-era-media-sosial-gd5a 


Nama : Adelia Zaharani Pashyah 

NIM : 1152500136

Mata Kuliah : Pengantar Psikologi

Dosen Pengampu : Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A.

Perguruan Tinggi: Universitas 17 Agustus Surabaya 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama