BILA HATI JUJUR DI INGKARI


BILA HATI JUJUR DI INGKARI

KNC : Cerpen

Maafkanlah semua perkataan dan perbuatan ku yang pernah menyakiti perasaan mu,sedikitpun aku tidak berniat menyakiti diri mu,mungkin perkataanku itu salah menurut mu namun hanya itulah jalanku mengetahui hati mu

Jika saat ini kita sudah tidak lagi memilki perasaan suka, sebaiknya engkau memaafkan semua yang terjadi antara kita,jika kita terus memaksakan kehendak dengan berbagai perbedaan pandangan, pertalian yang kita bina pasti nantinya akan berakhir juga...

Tiada guna kita diam, tiada guna kita berbicara, tiada guna kita lanjutkan hubungan, biarlah janjiku ALLAH yang nanti menggantinya....


Ya, itulah beberapa bait kalimat yang ku ucapkan ketika hatiku sakit dan pedih ketika Tania menolak perasaan cintaku padanya, hubungan yang kami jalin telah lama dari mulai semester 1 hingga semester 6, hilang di bawa hembusan angin sore itu, perkenalannya dengan Ardi mahasiswa pindahan dari Malang membuat Tania berubah seratus delapan puluh derajat cintanya padaku.

Aku menyadari wanita memang sangat lemah  iman, iman wanita itu setipis kulit bawang, inilah kalimat yang kutemukan saat aku dulu pernah membaca buku tentang hadits-hadits nabi, yah, aku tidak menyadari kalimat tersebut akan terjadi pada Tania perempuan 22 tahun yang sangat ku cintai meskipun rasa cinta itu terlambat ku sampaikan padanya, karena kami selama ini hanya berteman dan bersahabat, aku mengira Tania yang selama ini sering curhat dan manja padaku benar-benar menyukai ku, ternyata dia selama ini hanya menganggapku sebagai sahabat.
“ dapat nilai berapa?”
“Nilai apa?”
“ mata kuliah PKN”
“ lumayan, B plus”
“ kamu Man?
“ ah, sama kita, Alhamdulillah”
“ eh besok kerumah ku ya, kita membuat makalahnya pak Doni!”
“ siap Non, aku akan selalu ada untuk mu, hehehe, selalu”
“Gombal”
“Apalah yang tidak untuk mu Nona manis, hehehe”
“Okelah besok jgn lupa ya!”
“Siap Nyonya besar”

Begitulah kami sering bercanda, bahkan tidak jarang Tania memanggilku sayang, sehingga banyak anak kelas ku di kampus menilai kami memang berpacaran. Aku sendiri sangat senang jika Tania memanggil ku sayang, meskipun aku sering munafik jika diri ku memang menyukainya, sebagai lelaki tentu aku gengsi untuk mengungkapkan persaanku padanya secara langsung, dosen-dosen kampus yang menilai ku sebagai mahasiswa tercerdas di kelas dan gadis-gadis local ku yg banyak menembak ku secara langsung, menambah kemunafikan dan egois diri ku pada Tania.

Arman, sinilah aku mau curhat ni"
“Ada apa sayang?”
Eh, mahasiswa konversi yang dari malang itu baik, ya?”
Ardi, maksud mu?
Yoi, menurutmu bagaimana orangnya?”
Ah , biasa aja, memang baik sih orangnya”
“Tadi di kantin kami banyak ngobrol, mulai dari kisahnya di malang sampai mengenai anak-anak kelas kita, dia nanya siapa yg nilainya tertinggi di kelas, yah aku bilang Arman sahabat karibku”
“Menurut mu dia bagaimana?
aku merasa Tania mulai menyukai Arman, rasa cemburu langsung membuatku bertanya mengenai perasaan Tania menilai arman.
“Yah aku menilai sih biasa, aku hanya suka aja melihat gayanya yang modis dan cool”
“Kalo aku, bagaimana?
“Maksud mu?”
“Kamu menilai aku?”
“Wah kamu itu dewa bagi ku, tidak ada orang yang dapat menggantikan mu di hatiku”
“Ah, masa sih?”

Aku menyangka dengan kata-kata itu, Tania memang sangat menyukai ku dan mengaharapkan ku sebagai kekasihnya.

“Iyalah, kamu itu ada selalu, di saat aku membutuhkan teman”
“Hehehehe, makasih sayang”
“Eh by the way, tugas sudah selesai belum?’
“Tugas yang mana?”
“Ekonomi Makro”
“ belum tau Man, kapan mau ku kerjakan”
“Nanti kalo mau kerjain kita sama-sama ya!, boleh di kosan ku atau di rumah mu”
Oke, siip”

Hari-hari kuliah pun aku jalani seperti biasa, namun aku melihat ada yang berbeda terhadap diri Tania, dalam seminggu ini, baik di kelas maupun di kantin kampus kulihat Tania tampak ceria. Seperti orang sibuk,Tania selalu SMS memainkan HPnya sambil tersenyum- senyum sendri.

“Ayo… SMS siapa tu?” rasa cemburu ku mulai timbul, karena aku merasa di cuekin Tania
“Adalah...nanti aku cerita sama kamu”
“Apa nggak sekarang saja?”
“Belum waktunya Man”
“Okelah kalo begitu”

Hari pun terus berlalu, Ardi anak konversi dari malang itu, tampak mulai banyak di sukai gadis-gadis di kampus, selain pintar seperti diriku Ardi ternyata juga cuex terhadap gadis-gadis di kelas ku.
“Ardi nanti pulang bareng ya” Noni si cantik berambut sebahu yang dulu juga pernah menembak ku , ternyata mulai mendekati Ardi.

“Iya boleh”
“Minggu besok jadikan kita membuat tugas Ar, jangan bohong lo, lelaki itu harus     komitmen”
ucap Nina tak mau kalah dengan Noni’’
“iya-iya”

Ardi memang lelaki ganteng dan macho, dengan tinggi 170 cm rambut ikal pendek, dan gayanya yang cool memang membuat anak-anak di kelas ku menyukainya, bahkan tak jarang mahasiswi jurusan lain di kampus banyak yang meminta nomor HP nya, motor yamaha vixion hitam yang ia pakai ke kampus memang menambah kegagahannya, bahkan aku sendiri sering minder jika melihat semua kelebihan Ardi.

“Iya, ada apa Tania?”
“ sore nanti kita kerjain tugas Pertumbuhan Ekonomi ya!”
“Loh, emang tugas kemarin kamu dah selesai?”
“Sudah kemarin aku ngerjakannya sama Ardi”
“Ooo, baguslah’’ ujar ku dengan nada kesal
“Ngapa tugas Pertumbuhan Ekonomi tidak kamu kerjakan aja sama dia?”
“Gak enak, Man, terlalu merepotkan dia nanti, diakan orang nya selalu sibuk”
“Ooo, gitu ya, jdi selama ini kamu gak mersa kalo kamu merepotkan aku”
“Kamu kok jadi gini sih man?, jawaban mu gak enak x kedengarannya, kamu sedang ada masalah ya?”
“Eh maaf ya Tania , iya deh nanti kita kerjakan, jam 5 ya” aku mencoba memendam perasaan cemburu ku
“Nah gitu dong,itu baru dewa ku, hehehe"

Menutup HP dengan perasaan cemburu, aku berjalan sambil mikir dan nyaris jatuh dari tangga turunan kampus
Ciiiit, Astaghfirrullah, aku yang terpeleset nyaris terjerembab dari tangga, namun sepasang  tangan yang kuat mencoba memegangi ku.

“Hati-hati bro, jangan ngelamun”
“Eh maaf Ar, terima kasih ya sudah membantu ku”
“Ah, biasa aja Man, sesama kawan harus saling membantu”
Orang yang ku cemburui ternyata menolongku, terpeleset dari tangga. Selain pintar dan ganteng ternyata Ardi memilki jiwa penolong.
Hari yang ku tunggu pun tiba, senin itu tepat pukul 4 sore aku mendatangi rumah Tania
“Assalamualaikum, Tania nya ada om?”
“Ehh, nak Arman, iya nak dia sudah menunggu tu, di halaman”
“Trima kasih om”
“Permisi, om”
“o…ya, silakan langsung aja”

Duduk dengan menggunakan pakaian santai aku melihat Tania begitu anggun, angin sepoi-sepoi yang menerbangkan rambutnya membuat Tania tampak sangat cantik, ibarat putrid kayangan bagiku, meskipun di kelas ku banyak perempuan cantik, bagiku tanialah yang memang istimewa buat ku.

“Hi,,,, nona manis, Apa kabarnya ni?
“Baik Man, ah gak usah terlalu lah ngomong nya?
“Maksud mu?
“Iya , pake nona-nona manis segala”
“Dulu kamu suka , sekarang kok malah, gak boleh, aneh banget?
“Gak usah di bahaslah man, baiknya kita kerjain aja yuk, tugas ini”
“Siap, nyonya besar”

Hari itu kami pun telah selesai mengerjakan tugas mata kuliah Pertumbuhan Ekonomi.  Perubahan Tania terhadapku tampak semakin nyata, aku pun mulai sudah tidak tahan untuk memendam perasaan ku padanya.
Hari-hari perkuliahan kami lewati seperti biasa, namun Tania jarang mengajak ku ke kantin  seperti dulu, ia malah lebih sering duduk bersama grupnya Ardi dan pria-pria lain sekampus ku.
Bahkan tidak jarang, Tania mengumpul dengan Noni dan Nina serta cewek lain sekelas ku, sementara aku duduk hanya berdua dengan Tanto, sahabat karib ku yang berbadan lebam anak seorang pengusaha terkenal di kota Bandung.
Tanto inilah yang selalu menjadi pendamping ku dari semester 1 lalu, sifat royal Tanto terhadap ku membuat ku selalu membantu dia mengerjakan tugas kampus.

“Jangan lah di pikiri terus bro?”
“Mikiri siapa?”
“Ah… masa sama aku kamu juga mau bohong, dari ujung rambut sampai ujung kaki mu aja aku tau, apa lagi isi hati mu, huahahhhaa”
“Ah.. canda aja lu bro”
“Kalau jodoh tak kemana, hehehe”
“Gak usah di bahas ahhhh…capek aku.”
“Memang cantik Tania itu, ngapa gak dari dulu lu tembak, gengsi ni, karena dulu banyak penggemar…kakakkaaka”
Sambil nguyah bakwan tanto memandangi Tania seperti sedang mempermainkanku.
“Cabut… yuk”
“Tunggu dulu man” jangan lah cepat merajuk, kamu gak kalah ganteng kok sama si Ardi, Cuma lu aja agak terlambat menyatakan cinta, akhirnya pujaan hati di embat orang..….huahahahahha”
  “Kalo gitu aku duluan ya?”
   “Wah gawat ni, tuan besar dah merajuk gara-gara putri idaman” bude berapa semua?
Tak kuat menahan perasaan, malam minggu pukul 7.00WIB aku mencoba SMS Tania
“Malam ini kemana Tan?”
“Pergi sama papa and mama ke tempat paman”
“Ngapa Man,apa ada sesuatu yg lu mau curhati ke aku?”
“Tak ada, Cuma tadi aku mau ngajak nonton, ka nada film box office tu”
“Ooo, maaf ya aku, mau keluar sama keluargga, udah dulu ya, bye”
“Ya, hati-hati ya”

Dengan perasaan dongkol aku pun akhirnya mengajak Tanto untuk pergi menonton.
“Halo, Nonton yuk bro”
“Siap komandan, aku akan selalu ada untuk mu”

Inilah malam pertama aku mulai membenci Tania karena kebohongannya, aku yang saat itu membeli makanan ringan berpapasan dengan Tania yang sedang di gandeng Ardi. Seperti orang tak kenal mereka, aku cuex saja, mengambil snack dan minuman di sebelahnya.

“Arman, lu nonton di sini juga”
“Eh, Tania kukira siapa, sama Ardi?”
“Iya, tadi dia jemput kerumah, yang pergi ketempat paman  akhirnya cuma mama papa dan sarah, papa ngizinin kok aku pergi sama ardi”
“Ooo, baguslah, aku duluan ya!” duluan Ar!
“Iya Man”
“Okey”

Film transformer 3 yang ku tunggu2 selama ini, ku tonton tanpa penghayatan, malam itu akupun memutuskan untuk tidak lagi menghubungi Tania, meskipun ia pasti nantinya akan mengajak ku membuat tugas-tugas kampus.
Perasaan ku malam itu memang benar-benar hancur, orang yang selama ini ku sanjung dan agungkan telah membohongi ku, padahal aku tidak pernah sedikitpun pernah berbohong pada Tania.
Tanto yang beberapa x menyenggolku untuk memberi reaksi pada efek film ku cuex kin, bahkan tanto yang member komentar pada adegan film, yang kadang di sertai teriakan seakan mengejek ku.

“Woi  gila,,, anak mudanya si optimus prime hampir mati, pantaslah lawannya aja rajanya dia sendiri, ayo bro jangan kalah!!!!”
“Resek juga ni si gembul, gak tau orang lagi sakit hati apa, huuf.. menyebalkan”
Ujian UAS pun akhirnya tiba, di sinilah aku berharap Tania akan mencari kursi di dekat ku, sambil tersenyum akupun berujar “ tengok aja, aja nanti, kita lihat siapa sebenarnya orang yang memang kamu perlukan”
“Aku duduk di sebelah mu Ar?”
“Oke,… gak masalah, baguslah” ternyata Noni lebih duluan mengisi kursi yang ku sediakan buat Tania
"Asyiikkk, jangan pelit contekkan ya?”
"Oo, aman itu aku mana pernah pelit orangnya, hehehe”
"Bro , opor-opor ya!!!”
Siap to” si gembul pun ternyata tak mau kalah dgn Noni dia pun langsung duduk di kursi baris belakang ku
‘Hmmm, gadis ku telah datang” dalam hati
"Tania kamu duduk dimana?”
"Aku di tempat biasa aja Man"
"Nilai tak bagus, bukan salah ku ya”
"Gak apa-apa Man”

Ternyata Tania dan Ardi sudah janjian, jelang beberapa saat Ardi datang dan duduk di samping Tania, dada ku benar panas, bahkan aku hampir tidak konsentrasi mengkutii ujian.
Ujian UAS pun telah selesai, sakit hati yang kurasakan terhadap tania membuatku cuek terhadapnya, bahkan tania yang sering menyapa ku,ku balas hanya dengan senyuman,seolah sedikitpun aku tidak memilki perasaan dengan nya.
Namun perasaan ku ternyata sudah tidak sanggup ku lawan dengan memberanikan diri malam itu aku pun mulai membuka komunikasi pada Tania.

“Assalamualaikum, sedang apa Tania?
“Walaikum salam, tumben nih?
“Emang gak boleh nanya kabar putri yang sedang berbahagia ini”
“Kamu jangan gitu, kamu sendiri yg mulai menjauhiku,aku tahu kamu mulai menjaga jarak dengan ku, kamu sudah tidak seperti dulu Man, kamu sangat jauh berbeda, aku tidak tahu salah ku padamu”
“Masak sih?, masa kamu tidak tahu mengapa alasan ku menjauhi mu? Demi yang menciptakanku Tania, aku sangat menyukai mu, aku sudah tak sanggup lagi menutupi hati ini, aku cinta kamu tania”
“Masya ALLAH man, mengapa engkau tidak menyatakan itu dari dulu, aku jadi serba bingung? Aku sudah sama Ardi Man, kamu benar ngomong ini Man? Apa maksud mu?”
“Aku juga gak tau, aku benar-benar sakit Tania, batin ku sangat tersiksa melihat kamu sama Ardi, aku jujur pada mu tania, dari dulu aku menyukai mu meskipun engkau hanya menganggapku sahabat, terus terang Tania, aku pernah berjanji dalam hati ku bila tamat kuliah aku mau menikahi mu, aku menyadari aku salah karena terlambat mengucapkan ini pada mu, memang aku dulu gengsi untuk mengucapkan ini, tapi saat ini aku memang sudah tak sanggup lagi, sakit sekali dada ku ini Tania”
“Masya ALLAH Man, kamu membuat ku sulit, aku sudah tidak tahu mau ngomong apa lagi, tapi demi kebaikan kita baiknya kamu memang harus menjauhi aku Man, aku sudah ada yan g punya…aku tidak mau menyakiti Ardi, kami saling mencintai Man..maafkan aku man dan semoga kamu mengerti…”
“Ya sudah kalo begitu, semoga kalian bahagia”

Itulah malam terakhir aku berkomunkasi melalui SMS dengan Tania, meskipun hati ku sakit, aku berjanji dalam hati untuk tidak melakukan kontak dengan Tania, baik melalui SMS, maupun teleponan melalui Handphone, bahkan aku bersumpah tidak akan menyapa Tania meskipun ia satu kelas dengan ku.

Hari-haripun ku lalui dengan kegundahan di hati, setiap kali berpapasan dengan Ardi maupun Tania aku selalu membuang muka , bahkan tak jarang aku tidak masuk kelas bila Ardi dan Tania hadir saat mata kuliah. Keadaan ini membuat nilai mata kuliah ku sangat buruk.
Sahabat ku Tantolah yang selalu menghiburku meskipun kadang ia sering bercanda sehingga membuat hati ku semakin sakit.

“Sudahlah Bro, bukan jodoh x, masih banyak cewek2 cantik lainkan di kelas kita, Noni, Nina dan Linda juga tak kalah cantik dan manis dari Tania, ayolah Man, bangkit, jangan kamu yang malah menjadi korban kebahagiaan orang lain”
“Kamu tahu apa sih To mengenai perasaan?”aku menjawab Tanto dengan menyindir
“Iya Man, memang aku tak paham masalah persaan, Cuma kamu janganlah menjadi orang yang hilang semangat gitu, kasihanilah diri mu sendiri Man, atau setidaknya kasihannilah aku, nilai-nilai kita jadi ikut hancur, bahkan hampir saja kita mengulang beberapa mata kuliah”

Hampir setiap malam aku selalu termenung memikirkan tania, cinta ku yang di tolak merubah ku menjadi orang yang sangat bodoh, merasa tersisihkan dan terpukul, tak jarang aku selalu mengetik SMS tanpa ada tujuan ke pengirim yang akhirnya ku save di archive inbok ku sendiri, semua kata-kata ku ketik hanya buat Tania ,meskipun tak pernah ki kuirim ke Tania.

Saat kesedihan ku mulai mendalam, aku mencoba mengoreksi kata-kata Tanto padaku, benar juga si Tanto, aku harus bangkit, memang semua kesalahan ku karena terlambat mengungkapkan perasaan ku pada Tania, biar ku simpan persaan ini, aku harus mulai maju, semester 7 ini aku harus bangkit, aku harus menjadi yang terhebat lagi, mengapa karena mereka aku yang menjadi korban.
“hmmm bodohnya aku” Arman bangkit,lupakan semua, pendidikan mu lebih penting, masa depan mu lebih penting, wanita bisa di cari kapan pun.

Motivasi diri sendiri yang ku lakukan ternyata membawa hal positif bagi ku, hari-hari ku lalui sebagai seorang kutu buku, keadaan ini membuat ku sangat di senangi Tanto, tak jarang Tanto selalu membawakan ku kentucky dan snack, bahkan ia selalu memberi ku hadiah yang katanya dari Papanya, tidak hanya itu perempuan kelas ku juga mulai mengagumi ku, tak jarang saat istirahat mereka berkumpul dan bercanda dengan ku.

“Duh , mr kutu buku ini, coba saja kalo mau jadi kekasih ku, terasa dunia bagaikan milki berdua, hehehe” ucap Noni
“Lebih bagus jika dengan ku, pasti papa ku pasti sangat bangga n sebagian perusahaan papa ku pasti di beri ke Arman,”Nina pun tak kalah menggodanya
Ahh, kalian ini, kayak tak ada cowok lain aja..” aku mencoba merendah, padahal saat itu aku sangat senang dan tersanjung, bahkan aku berharap Tania, ada di kelas dan mendengar obrolan kami.
“Nah itu para bidadari sudah menawarkan diri Man, tinggal pilih-tinggal pilih, by the way aku sama siapa dong….hahahaha”
“Lu cari aja yang seimbang, sama tiur kali, ahahhahaa”
“Lu jangan gitu Non, masa gentong dapat drum, hahahahaha”ujar Tanto pada Noni

Ujian UAS semseter 7 pun akhirnya di mulai, aku yang telah giat belajar memang menunggu saat-saat ini, kali ini aku harus mencapai nilai tertinggi di kelas,biar semester 6 lalu si Ardi yang unggul, kali ini pasti aku yang menang.
Sama seperti sebelumnya, geng 4 sekawan, Noni, Nina, Tanto dan Linda telah mengisi tempat duduk di sekeliling ku, saat itu memang aku sudah tidak berharap dengan Tania, bahkan nyaris aku sudah tak memilki perasaan dengannya.
Tania gadis berambut hitam sebahu,perempuan yang selama ini ku puja terlihat memasuki kelas, namun sedikit berbeda Tania tampak kelihatan sedih, aku yang dari tadi memperhatikannya hingga ia duduk di bangku barisan paling belakang, tak ingin kelihatan curi pandang ku padanya, aku langsung memalingkan wajah ku ketika ia mencoba menatap ke arah ku.

“Non…pinjam pena dong”aku mencoba menghilangkan grogi ku
“Bukannya kamu sudah ada dua pena”
“Ooo, iya-ya aku lupa, sorry ya Non”
“Huh dasar, cowok buta”
“Maksud mu?”
“Lu masih mikiran Tania Kan? Ngapa sih kamu itu bodoh x Man, dia itu tak pantas untuk mu” coba lah untuk mikir”
“Kok ke situ sih!
“Ya sudahlah Man, jangan marah ya, nanti malah kamu gak bantu aku, hehehe, aku ini cewek juga looo, masa kamu gak pernah perhatikan aku..”
“Ya udah gak usah di bahas lagi ya..”
“Oke deh,,, tapi aku masih menunggu loo”
“Ahhh, kamu Non jangan buat aku grogi, hehehe..”

Sampai ujian selesai, aku terus memperhatikan Tania, meski kadang aku selalu membuang muka ketika ia melihat ku, memamng saat itu aku sedikit heran dengan Ardi dan Tania, kelihatannya mereka seperti sedang ada masalah
“Man, kamu masih sayang dengan ku kan?”
“Astaghfirullah”,ucap ku dalam hati, hampir 4 bulan aku tidak pernah mendengar suara Tania memanggil ku, apa yang barusan ia lakukan membuat hati ku yang selama ini kekeringan bak di guyur air yang sangat sejuk.
“Iya, ada apa sayang, eh maaf Tania?”
“Aku mau curhat man”
“Masalah apa?, kamu bertengkar dengan Ardi”
“Nanti saja aku cerita di kantin..”
“Okelah kalau gitu”

Pulang ujian itu, aku dan Tania akhirnya duduk di pojok kantin. Sambil menangis Tania langsung memgangi tangan ku
“Man, Ardi mau balik kekampungnya, orang tuanya meminta ia kembali ke Malang, Aku bingung Man? Aku harus berbuat apa? Aku mencintainya Man, aku minta maaf man, aku tak tahu harus ngomong masalah ini dengan siapa, aku tahu kamu pasti sakit sx mendengar ucapan ku ini”
Berusaha menenangkan diriku sendiri, aku pun mencoba menenagkan Tania, dan memotivasinya, meskipun hati ku sangat sakit sekali..
“Kamu harus tabah Tania, apa dia tidak balik lagi ke sisni?”
“Aku tak tahu Man, katanya jika masalah dengan orang tuanya sudah selesai dia akan kembali kesini, tapi dia tidak janji man, aku tidak tahu maslah dia dengan orang tua nya, spertinya ia di jodohkan Man…”
“Masa sih, ngapa ia tidak ngomong dari dulu kalau dia suidah di jodohkan, dia juga tidak tahu Man, menurutnya itu tiba-tiba saja, karena orang tuanya ada bisnis dengan orang tua calonnya Man”
“Ooo, ya sudah kalau begitu mau bagaimana lagi..”
“Tapi aku mencintainya Man, aku tak sanggup hidup tanpa dia…aku harus bagaimana?”
“Kamu cewek yang cerdas, masih banyak cowok lain yang suka dengan mu”
“Tapi aku tak bisa Man..”
“Ya sudah mau bagaimana lagi, aku sendri jadi bingung?”
“Tolong kamu bicara dengan Ardi… Man, tanya ke dia apa dia tidak memikirkan aku”
“Masa mesti aku Tania,,”
“Kamu laki-laki man, mungkin kalian lebih bisa saling terbuka, kamu itu sahabat aku, tolong aku man!!! Please”
“Ya sudah besok aku coba bicara dengan Ardi,”
meskipun sakit hati , melihat air mata mata tania aku benar-benar tak sanggup, rasa kasihan ku padanya membuat ku seperti orang yang sangat bodoh, padahal bisa saja saat ini kumanfaatkan untuk mencuri hati Tania.
“Terima kasih Man, semoga aku mendapat kabar baik dari mu”
“Ya udah gak usah menangis lagi..”
“Terima kasih Man,”

Tania pun mencium tangan ku, bukan main saat itu aku benar-benar menjadi orang yang sangat bingung, perbuatan Tania mengindikasikan bahwa ia memang mencintai Ardi.

Dengan perasaan gundah akupun mencoba membesarkan hati ku” Tania memang bukan jodoh ku, aku harus memahami itu” hmmm, meski sakit aku harus terima dengan ikhlas, cinta memang tidak harus saling memiliki. Bodohnya aku selama ini, Ya Robbi ampunilah aku, karena terlalu bodoh tidak menerima semua kehendak Mu, aku akan ikhlas karenamu ya ALLAH meskipun hati ini sangat tersayat-sayat…
Sebagai seorang lelaki akupun mencoba berlapang dada dan bertindak bijaksana, sore itu di kafe yang kami janjikan aku dan Ardi akhirnya bertemu dan membahas masalah Tania.
“Apa kabar Ar, semoga kamu tidak tersinggung jika aku mengajak mu bicara masalah Tania, sebagai shabatnya aku tentu sangat perduli dengannnya”
“Ahhh, biasa aja Man, kita ini laki-laki kita harus gentleman jika menyikapi masalah perempuan, apa yang hendak kita bahas masalah Tania?”
“Kemarin dia panjang lebar cerita sama aku Ar, pada intinya ia menanyakan perasaan mu seseungguhnya terhadap dia, apakah kamu mencintai dia Ar? Jika benar, mengapa engkau tinggal dia? Dia terlalu mencintai mu Ar? Dimana kamu letak perasaan mu?”
“Aku sebenarnya juga begitu man, aku mencintai Tania, aku menyayanginya, namun apalah daya ku, orang tua ku meminta ku pulang ke Malang, bisnis papa ku harus ku gantikan Man, aku harus menikah dengan wanita pilihan orang tua ku, gadis yang di jodohkannya itu partner papa ku man, aku harus menjaga keluarga ku…”
“Tapi mengapa tak dari dulu kau bilang sama Tania, kalau engkau sudah akan di jodohkan?”
“Itulah kebodohan ku Man, aku mengira hubungan kami bisa di lupakan, dan ia bisa terima namun aku sendiri tidak tahu man, aku juga mencintainya, tapi aku harus bagaimana? Coba kamu jadi aku, mana yang kamu pilih keluarga mu atau hidup mu bersama wanita yang kau cintai, aku juga stress berat Man, apa yang harus ku perbuat?”
“Apa kamu pernah bilang ke orang tua, kalau kamu punya pacar di sini?”
“Sudah Man, tetapi mereaka tidak mau tahu, aku harus tetap balik ke Malang Man meskpiun aku meninggalkan kenangan manis di sini”
“Tolong sampaikan ke tania permintaan maaf ku, aku harus tetap meninggalkan dia, aku mohon maaf, dan tolong jaga dia Man!!”
Meskipun aku melihat sosok yang macho, menyikapi maslah ini,Ardi  tampak menteskan meneteskan air mata, dan aku melihat sebuah ketulusan di matanya
“Aku pamit Arman, jika kita umur panjang kita akan bersua lagi, dan tolong jaga Tania!”

Itulah kata-kata terakhir yang di ucapka Ardi padaku, aku sendiri sngat bingung menyikapinya, aku yang selama ini sombong karena kepintaran ku dan juga tampang ku yang tak kalah jauh dengan Ardi, semenjak malam itu aku mulai merasa rendah diri dan minder setelah berbicara dari hati-hati dengannya. Selain pemuda yang pintar Ardi juga memilki hati yang baik

Ya ALLAH apa yang harus ku perbuat, apa yang harus ku ucapkan pada Tania? Apa aku harus berbohong padanya, atau aku harus jujur mengatakan bahwa Ardi akan di jodohkan keluarganya, ya ALLAH bantu aku menyikapi masalah ini…”
Malam itu mata k terus menerawang ke langit-langit kamar kosan, pertemuan ku dengan Ardi membuat ku tidak bisa tidur, segala bentuk rasa bercampur aduk menjadi satu, bahkan aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dengan Tania jika ia menerima kabar dariku, kadang akau bergumam sendiri” mengapa aku harus berpikir hidup orang, aku sendiri masih hidup dalam kesusahan, mengapa selama ini aku tidak memikirkan keluarga ku, mengapa aku terlalu perduli pada orang yang tidak mencintai ku, mengapa aku mengorbakan kuliah ku, padahal aku telah berjanji untuk tidak jatuh cinta sebelum aku tamat kuliah, oohhh Tuhan ampunilah aku, maafkanlah semua tidakan ku yang telah lalu dan akan datang…

Tanpa aku sadari ternyata aku telah tertidur dengan lelahnya, dan terbangun saat mendengar lagu because of you- Kelly clrakson- yang merupakan lagu kesukaan yang ku jadikan nada dering di HP nokia X2 miliku..

“Astaga Tania, apa yang harus ku bilang padanya? Bagaimana ini?..”
“Ya…, halo Tania, iya-iya, 30 menit lagi kita ketemu di kafe biasa ya!! Iya tak pa-apa, nanti aku permisi pada bos ku”

Tepat pukul 8 pagi itu Tania menghubungi ku, demi Tania akhirnya hari itu aku pun permisi untuk tidak bekerja..
Di meja dan kursi yang sama ketika aku duduk dengan Ardi, kali ini, aku duduk dengan Tania, sambil memandangi Tania aku duduk seperti orang bisu, tidak sedikitpun aku  memilki ide kata apa yang pantas untuk memulai pembicaraan

“:Bagaimana man, apa kata Ardi?”
“Eee, eeeeemmm,”
“Ayolah Man, katakana aja apa adanya? Aku akan terima apa adanya, aku sahabat mu Man” dengan nada memelas Tania terus meminta ku berbicara

Namun di saat itu pula hati kecil ku berkata” aku lah orang yang pantas untuk mu Tania, aku tulus mencintai mu, hanya akulah orang yang bisa membahagiakan mu, kamu itu jantung hatiku Tania, mengapa kamu tidak menyadarinya?”
“Hei,,,,man bantu aku,,,apa kata Dia, apa kata Ardi, apa dia tidak mencintai ku?”
Sambil menggoyang-goyangkan tangan ku, Tania terus meminta ku berbicara
“Begini Tania, Ardi mengatakan ia akan di jodohkan orang tuanya, ia harus ke Malang, ia harus melanjutkan usaha orang tuanya” ia juga mencintai mu tetapi ia juga mencintai keluarganya”
“Jadi aku bagaaimana Arman, mengapa ia setega itu..sambil menangis Tania akhirnya pergi meninggalkanku”

Hari wisuda pun tiba, aku yang mendapat nilai tertinggi di kampus mendapat penghargaan dari pihak rektorat untuk melanjutkan S2 ke Malaysia dan di harpakan nantinya aku bisa menjadi dosen kampus ini. Ya di Universitas Brawijaya ini aku mendapat banyak ilmu pengetahuan, selain materi ilmu ekonomi dan juga ilmu berorganisasi serta ilmu pengetahuan umum lainnya, aku juga mendapat ilmu yang tak mungkin akan ku lupa seumur hidupku yaitu ilmu ikhlas, dimana dengan pengalaman yang ku dapat karena hubunganku dengan Tania membuat ku mengerti arti cinta…bahwa cinta itu tidak harus saling memiilki. Di hari yang memang  di tunggu-tunggu setiap mahasiswa itu aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa, selain penghargaan dari Rektorat yang ku dapat, di hatri itu pula Tania menyalami ku sambil memberiku ucapan selamat, meskipun di wajahnaya masih tampak kesedihan yang mendalam.

“Setelah tamat ini kamu akan kemana man? Tentu saat ini keluarga mu sangat bahagia ya?”
“Alhamdulillah Tania, akhirnya perjuanganku dalam pendidikan S1 selesai dengan membanggakan, seperti nya aku akan melanjutkan ke unversitas Malaysia rujukan kampus ini, mudah-mudahan di sana aku nanti juga tamat dengan nilai yang baik”
“Apa kamu tidak ingin melanjutkan di unversitas di Bandung sini, apa tidak ada sesuatu yang akan mencegah mu ke Malaysia?”
“Aku sudah bertekad Tania, menurut ku aku juga percuma untuk selalu di kota ini, tidak ada yang bisa kuharapkan di kota ini, terlalu banyak kenangan yang membuat aku tidak bisa tinggal di kota ini”
“Yah,,,, semoga sukses ya…aku akan mendoakan mu semoga kamu mencapai cita-cita mu, tapi bagaimana dengan Nina atau Noni atau Linda, apa mereka tidak ada yang mencegahmu, bukankah mereaka pernah dekat dengan mu?”
“Mereka itu orang-orang yang baik Tania, semoga mereka mendapat kebahagiaan mereka sendiri..”
“Ooo, begitu ya,, okelah selamat sekali lagi ya!!”
“Sama-sama Tania,”

Dengan perasaan dingin aku mengucapkan hal tersebut, sebenarnya saat itu aku ingin sekali Tania mengucapkan cintanya padaku, dan ku pastikan aku akan mengurungkan niat ku ke Malaysia, namun apalah daya, memang saat itu segala sesuatu telah di tentukan bahkan dengan egois dan rasa dendam cinta pada Tania membuat ku tidak bisa mengungkapkan kata-kata cinta yang terpendam di lubuk hati ku.
Hari-hari pun terus berlalu, tanpa terasa dua tahun aku di Malaysia  membuatku sangat merindui kota Bandung, kota yang penuh dengan kenangan, kota yang telah memberi ku banyak pengetahuan, kota yang telah membentuk pribadi ku.

Masa-masa belajar di Kuala Lumpur memang benar-benar ku manfaatkan menuntut ilmu, meskipun jujur kukatakan … aku memang sering teringat dengan kisah sedihku saat kuliah di Universitas Brawijaya dulu, kisah cinta ku yang kandas pada Tania karena kehadiran Ardi membawa ku larut dalam dendam cinta, rasa sakit ku berhasil mengalahkan cinta ku pada Tania, padahal saat wisuda dulu aku sangat ingin mengucapkan cinta padanya
pulang nanti aku pastikan akan menjumpai Tania dan melamarnya, mudah-mudahan ia masih sendiri dan akan menerimaku

Selama dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Bandung, berbagai pikiran indah tentang Tania selalu membayangi ku, nilai Cum Laude S2 yang ku dapat membuat ku semakin yakin untuk dapat hidup membahagiakan Tania, lagi pula tabungan ku sewaktu kerja part time di Malaysia sangat lebih untuk hidup kami berdua

“Maaf ,den bade kamana?”
“Ke jalan Daan Mogot nomor 18, Mang’”
“ Itu teh, rumah siapa Den?”
“Rumahnya sahabat saya Mang”
“Maksud Aden, Nyonya Tania?
“Kok Mamang Tau?”
“Iya den, kebetulan, nyonya Tania teh langganan saya, nyonya teh orangnya sangat baik Den, sayang hidupnya kurang bagus”
“Maksud Mamang?
dari awal cerita si tukang taksi,sebenarnya aku sudah curiga, mengapa jadi nyonya Tania, apa dia sudah menikah?” Aku bertanya sendiri dalam hati

“Ia den, baru 6 bulan lalu, Nyonya cerai dengan suaminya…”
“Mamang kenal suaminya, siapa namanya Mang?”
“Namanya tuan Ardi den..”
“Astaghfirrullah,,,, mengapa bisa cerai mang” dalam hati aku bergumam..ternyata hubungan mereka sampai ke pernikahan..
“Mamang mah tidak tau pasti den, tapi kayaknya karena anak dan istrinya Ardi dari Malang datang ke rumahnya Nyonya den, eh ngapa mamang jadi buka-buka rahasia orang ya, maaf ya den, baiknya kita tak usah cerita Nyonya den”
“Oh iya, maaf ya Mang, saya juga minta maaf ngapa kita jadi cerita Tania ya?”
“sudah sampai den, apa saya perlu panggil nyonya?”
“Eeh,,,, gak usah mang, biar saya aja, tapi tyunggu sebnatar ya mang, saya mau berpikir dulu”

Apa yang harus kulakukan, apa aku harus turun menjumpai Tania, apa aku harus tetap menerima dia, dan apa dia masih menyimpan perasaannya padaku, aduh Gusti..apa yang harus kulakukan…
Entah berapa lama aku berpikir di dalam taxi, tiba-tiba saja, seorang wanita dengan menggendong anak berumur kurang lebih 1 tahun keluar dari pintu pagar, memanggil tukang taxi

“Mang Ujang, sini mang! Tumben datang hari ini, ada perlu apa mang? Minum  di dalam yuk!”
“Masya ALLAH,”Tania …

Wanita yang selama ini membuat ku sakit karena cinta yg tak terbalas, makin kelihatan cantik dan anggun…apa yang harus ku perbuat ya ALLAH, apa aku harus selalu mengingkari hati ku..
“Dalam taxi ada teman, nyonya, katanya sih dia dari Malaysia”
Dengan mata penuh keheranan sambil menatap taxi, Tania seperti orang bingung dan terus berbicara dengan Mang ujang si supir taxi

Jantung ku pun terus berdegup kencang, ketika mang Ujang si tukang taxi mencoba membuka pintu, taxi
“Ayo den, nyonya meminta kita masuk”

“Iya mang, tunggu sebentar mang, ngapa aden jadi gugup gitu?’”
“Aduh  Mang saya juga tak tahu ni”
“Bentar-bentar.. Mang”
“Arman….masya ALLAH Arman, aku sangat kangen pada mu, mengapa kamu tidak pernah kirim kabar?”

Tanpa rasa malu ataupun sungkan, Tania langsung memeluk ku dengan satu tangan, sementara tangan yang satunya terus menggandeng bayi perempuan yang tak lain anaknya

“Aku pikir aku tidak akan jumpa kamu lagi Man, bagaimana kabar mu?”
“Baik Tania kabar mu sendiri bagaimana?” hai manis, ini paman mu, om Arman, namanya siapa Tania?”
“Aku juga baik Man, meskipun aku tidak lagi seperti dulu di mata mu, ini anak perempuan ku Man, namanya Sari Ayu, dan panggilannya Arimbi, aku memanggilnya begitu biar selalu ingat kamu Arman”
“Masa sih, kok bisa begitu?”
“Aku juga tidak tahu Arman, semenjak kepergian mu ke Malaysia terus terang aku sangat kehilangan mu, bahkan rasa kehilangan ku terasa lebih sakit bila di bandingkan kehilangan ku ketika di tinggal Ardi dulu, aku baru menyadari Man, kamu itu tidak hanya sahabat ku tetapi, kamu orang yang benar-benar ku butuhkan”
“Maksud mu?”
“Yah…tapi itu dulu Arman, saat ini aku sudah memilki anak dari pernikahan ku dengan Ardi, meskipun aku telah cerai dengan nya 6 bulan yang lalu, aku sudah tidak tahu dengan hidupku, saat ini sudah tidak bisa berharap banyak, hidup ku  hanya ingin membesarkan Sari, maafkan aku Arman…”

Dengan meneteskan air mata, Tania menundukkan kepalanya seakan menyesali semua yang terjadi
“Dari dalam hati yang paling dalam Tania aku mencintai mu, aku tidak perduli engkau sudah punya anak atau belum, cinta ku tetap tidak akan luntur padamu, aku berjanji akan membahagia kan mu dengan tulus dan ikhlas, boleh kah aku ikut membesarkan Sari Ayu bersama mu? Aku sudah tak sanggup mengingkari hati ini Tania, di negeri seberang sana, hanya diri mulah yang selalu ada di pikiran ku..”

“Kamu sungguh-sungguh Arman?, aku telah banyak menyakiti mu, aku bukan wanita yang baik untuk mu…”

“Aku tak perduli Tania, hanya engkaulah yang bisa sembuhkan sakit di hatiku, hanya engkaulah yang bisa membahagiakan ku, hanya dengan engkau jiwaku bisa tenang, kamu itu belahan jiwa ku Tania, hal itu tak bisa ku ingkari…apa yang ada padamu saat ini akan menjadi tanggung jawab ku, yang telah lalu biarlah berlalu, anggap itu sebuah kenangan hidup, mari kita melangkah lebih maju, aku ingin hidup bertiga dengan mu dan Sari Ayu, anak mu itu anak ku juga Tania…”

Dengan nangis terisak, serta air mata yang bercucuran Tania kembali memelukku “aku mau Arman, aku mau hidup dengan mu, nikahilah aku Arman, aku berjanji akan menjadi penyejuk jiwa mu, penurut dan melayani mu dengan ikhlas karena ALLAH”


TAMAT

TITLE: BILA HATI JUJUR DI INGKARI
GENRE: LOVE
Author : Visibleman
2 May 2012
(23:42)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama