Desa Pekajang- |
Ada 2 daerah di kabupaten Lingga yang saat ini berhadapan dengan bentangan
laut cina selatan,yakni desa Pekajang kecamatan Lingga dan kelurahan Berhala
kecamatan Singkep Selatan. Kedua daerah ini berada di ujung atau terjauh dari
ibukota kabupaten Lingga, yakni Daek.
Daerah yang jauh ini menyebabkan kurangnya fasilititas sarana dan
prasarana pendidikan untuk anak-anak sekolah maupun para peserta didiknya.
Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah hingga saat ini belum
menjadi solusi bagi tenaga pengajar maupun anak- anak didik di daerah pesisir itu,
untuk mendapatkan pendidikan yang maksimal. Letak daerah yang jauh dari pusat
pemerintahan maupun ekonomi menjadi penyebab mahalnya tranportasi yang
ditempuh. Minimnya fasilitas penunjang juga menjadi faktor lain yang
menyebabkan hingga saat ini, pendidikan di daerah pesisir mendapat julukan "terbelakang".
SD Negeri 005 kelurahan Berhala satu-satunya sekolah di kelurahan
ini.
Sarana dan prasana pendidikan di SD Negeri 005 tersebut sangatlah
minim. Sarana transportasi ke sekolah ini sangat mahal, tak sebanding dengan
gaji guru honorer yang hanya 600 ribu perbulan.
Para tenaga pengajar itu bukanlah tenaga tempatan namun didatangkan
ataupun ditugaskan dari kabupaten Lingga. Hingga hal mahalnya transportasi
menjadi persoalan yang utama bagi tenaga pengajar.
" Mau menangis tidak ada air mata, mau menjerit tidak ada
suara namun tetap di jalani demi anak bangsa" kata Juniardi kepala sekolah
SD Negeri 05 Berhala, Selasa (28/9/2021) saat di hubungi awak media.
Dikatakannya bahwa, transportasi reguler tidak ada, hingga para
guru harus mencarter speedboat dari pelabuhan Dabo ( kecamatan Singkep ). Dengan
biaya sekali jalan Rp 1 juta.
"Itupun pada musim gelombang tenang ( hembusan angin barat
dan timur ) jika memasuki musim Utara
dan selatan tidak ada yang mau mengantar, kalau adapun biayanya menjadi Rp 2 juta
rupiah," ucap Juniardi.
“ Sementara itu di sisi pembangunan sekolah juga sangat minim,
sejak dibangun pada tahun 2002 lalu,sudah diusulkan agar pemerintah merelokasi
pembangunannya kembali, mengingat keadaan fisik bangunan yang ada sudah tidak
memungkinkan lagi untuk direnovasi, pondasinya sudah pada retak dan pecah, atap
sudah banyak bocor,sehingga saat hari hujan siswa harus berdempetan belajar.
selain itu,sekolah juga tidak memiliki majelis guru dan WC baik untuk guru
maupun anak didik. “ lanjutnya.
Diuraikannya, keberadaan pembangunan yang ada saat ini yakni
Bangunan 6 Kelas dengan jumlah tenaga pendidik guru PNS 4 orang, guru Honor 2
orang, GTT Kabupaten 1 0rang serta Penjaga Sekolah 1 Orang dengan Jumlah Murid 20 orang perkelas dari Kelas
1 hingga kelas 6.
Sedangkan untuk di desa Pekajang juga terjadi hal yang hampir
sama. Saat ini jumlah guru di SDN. 008 Pekajang, sebanyak 8 orang, diantaranya 6 guru
PNS dan 2 guru honor, dengan 56 orang anak murid. Saat ini SDN. 008 belum
adanya perpustakaan, dan majelis guru.
“ SDN. 008 ini didirikan
sejak kapal keruk Timah Riau Tin Mining (Ritin), beroperasi di laut Desa
Pekajang ini, Kalau untuk Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) kami sudah ada, yang dibangun pada tahun 2019.” Ujar Jailani
guru SDN 08 Pekajang.
Jailani menjelaskan, yang menjadi kendala di wilayah perbatasan
itu, katanya, adalah jaringan internet untuk komunikasi, karena walaupun saat
ini sudah ada tower mini, tapi sulit diakses.
“ Untuk pengiriman
file bisa satu 1 baru masuk. Saat ini
kami sangat berharap ada penambahan terutama terkait jaringan internet, karena
sangat sulit jika kami tidak memiliki jaringan internet yang baik. Selain itu,
transportasi juga menjadi kendala bagi kami, sekarang ini kami terbantu dengan
adanya Tol Laut, yang masuk dalam 12 hari sekali, namun terkadang Tol Laut
tersebut tidak masuk karena sedang dok atau terkait kontrak akhir tahun.,"
kata Jailani yang dihubungi melalui telepon selulernya. Rabu (29/9/2021).
Dalam belajar mengajar, lanjut Jailani, mereka sudah SDN.008
mengikut arahan dari dinas dan Satgas Covid-19, jika dinas mengarahkan untuk
belajar secara Daring kami akan Daring, namun untuk sekarang dalam belajar mengajar
kami sudah tatap muka.
"Murid SDN. 008 di Desa Pekajang ini, minat sekolah muridnya
sangat tinggi, kami sebagai tenaga pengajar juga merasa puas dengan minat
belajar mereka yang tinggi tersebut, ditambah lagi adanya dukungan dari
masyarakat cukup tinggi dari masyarakat.
Upaya Pemerintah Daerah
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten
Lingga, Junaidi Adjam, mengatakan, sesuai tugas dan fungsi yang dimiliki,
pihaknya telah berupaya meminimalisir hambatan proses belajar mengajar di sekolah
-sekolah di pesisir Lingga.
Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dengan mengusulkan
insentif guru terpencil kepada Kementerian Pendidikan. Pada Tahun 2021 ini, katanya,
Dinas Pendidikan Kabupaten Lingga berupaya keras untuk memperjuangkan tunjangan
guru yang berada di daerah khusus.
“Dengan berbagai upaya yang kami lakukan maka Kemendikbud Ristek
merealisasikan pembayaran Tunjangan Khusus Guru (TKG) di Lingga,” kata Junaidi.
Junaidi mengatakan pada 2019 lalu hanya 15 orang guru PNS dari 2
sekolah yang berada di Desa Pekajang, Kecamatan Lingga, mendapatkan tunjangan
khusus.
lanjutnya, pada tahun 2020 Dinas Pendidikan Kabupaten Lingga
kembali mengusulkan TKG ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Yang akhirnya disetujui untuk 29 sekolah di 11 desa, di mana ada sebanyak
136 guru PNS dan Honorer mendapatkan TKG dengan pembayaran Cary Over (CO) di
2021 berdasarkan Permendikbud nomor 19/2019.
Pada 2021 ini, dengan Kepmendikbud No.160.P/2021 tentang daerah
khusus berdasarkan kondisi geografis atau Indeks Akses Satuan Pendidikan
(IASP), dari 75 Desa di Lingga hanya 12 Desa yang disetujui dan masuk ke 31
sekolah.
"Sehingga sebanyak 152 guru PNS dan 42 guru Honorer
mendapatkan TKG untuk Triwulan I dan Triwulan II di tahun 2021 ini," jelas
Junaidi.
Selain memperjuangkan tunjangan khusus ini, sesuai ketersediaan
anggaran Disdikpora Lingga, ia juga terus membuat program untuk melengkapi
fasilitas dan sarana penunjang di sekolah -sekolah pesisir.
"Semoga dengan berbagai upaya yang kita lakukan dapat memotivasi
guru dan para anak didik untuk lebih semangat dalam menumpuh pendidikan. Ke
depannya kita berharap pendidikan di pesisir lebih baik, ' urai junaidi
Mutu pendidikan menjadi modal utama bagi majunya suatu daerah
dengan keminimnya pendidikan di daerah perbatasan ini sangat di khawatirkan
akan terjadi kejahatan kemanusiaan, seperti humantrafiking. Apalagi di daerah
perbatasan ini rata -rata masyarakatnya berpenghasilan sebagai nelayan.
Terlebih saat ini sudah banyak kapal nelayan besar yang melakukan penangkapan
ikan di perairan laut desa Pekajang dan kelurahan Berhala. Tentunya hal ini
menjadi kekwatiran dan dibutuhkan perhatian khusus dari pemerintah,terutama
untuk keamanan laut di daerah perbatasan.
( Mardian)
Posting Komentar