Saudi dan 20 Negara Sekutunya Gagal Kalahkan Pejuang Houthi di Hudaydah


Saudi dan 20 Negara Sekutunya Gagal Kalahkan Pejuang Houthi di Hudaydah

A column of Saudi-led forces and armored vehicles
 arrives in al-Durayhimi district, about nine kilometers
 south of Hudaydah International Airport on June 13, 2018.
 (Photo by AFP)
YAMAN I KEJORANEWS.COM : Pakar politik percaya bahwa setelah Arab Saudi dan sekutunya regional dan internasional gagal menaklukkan pelabuhan Hudaydah Yaman melalui kekuatan militer, mereka akan beralih ke cara diplomatik untuk mencapai penyelesaian dengan pejuang Houthi Ansarullah, sehingga membuktikan kemampuan negara miskin yang populer itu.

Kekuatan untuk menghadang agresi terhadap rakyat Yaman. Arab Saudi dan sekitar 20 sekutunya, termasuk Uni Emirat Arab, Maroko dan Sudan, melancarkan perang brutal, bernama "Kode Badai Penentu Operasi," melawan Yaman pada Maret 2015 lalu, dalam upaya untuk mengembalikan eks presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi, sekutu setia Riyadh, dan menghancurkan gerakan Ansarullah yang populer. 

Perang yang dipaksakan awalnya terdiri dari kampanye pemboman, tetapi kemudian digabungkan dengan blokade laut dan penyebaran pasukan darat ke Yaman. 

Agresi mencapai puncaknya bulan lalu ketika aliansi pimpinan Saudi yang didukung Barat melancarkan serangan habis-habisan di kota pelabuhan Hudaydah yang bertujuan untuk membawa perlawanan Houthi tunduk, dengan resiko memburuknya krisis kemanusiaan terbesar di dunia.

Pesawat-pesawat tempur Saudi dan kapal perang menggedor benteng Houthi selama beberapa Minggu untuk mendukung operasi darat yang dilakukan oleh militan asing dan Yaman yang berkumpul di selatan pelabuhan pada "Operasi Emas Kemenangan" yang mereka sebut. 

Serangan nekat ini untuk menguasai pelabuhan utama Yaman yang bisa mengancam kehidupan ratusan ribu warga sipil di sana.

AS, Israel, Inggris dan Perancis dilaporkan ikut serta dalam serangan itu bersama pasukan Saudi dan Emirat.

AS telah membantu Arab Saudi dan UEA dalam "melakukan pemboman udara di Yaman" dan menyediakan "jasa pengisian bahan bakar udara" untuk pesawat tempur mereka.

Dalam laporan pada 16 Juni, surat kabar Prancis Le Figaro melaporkan bahwa pasukan khusus Prancis ada di tanah Yaman dengan pasukan dari Uni Emirat Arab. Surat kabar ini tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang kegiatan mereka, tetapi sumber parlemen Prancis baru-baru ini mengatakan kepada Reuters bahwa pasukan khusus Prancis berada di Yaman. 

Pada 15 Juni, Kementerian Pertahanan Prancis mengatakan Prancis sedang mempelajari kemungkinan melakukan operasi pembersihan ranjau untuk menyediakan akses ke pelabuhan Hudaydah begitu koalisi pimpinan Saudi membungkus operasi militernya.

Meskipun ada dukungan AS untuk perang Saudi, dikatakan Mohammed Abdul-Salam, juru bicara gerakan Houthi Ansarullah Yaman, pada hari Minggu (22/7) menegaskan, bahwa aliansi militer yang dipimpin Saudi telah gagal dalam upaya untuk menggulingkan kota pelabuhan Hudaydah di Yaman barat yang strategis tersebut.

" Skenario musuh untuk bergerak ke Hudaydah telah menghasilkan kegagalan, karena mereka sangat bergantung pada perang psikologis dan propaganda media, menyembunyikan fakta-fakta nyata di lapangan," kata jaringan televisi al-Masirah Yaman Arab mengutip Abdul-Salam. 

Abdul-Salam juga menambahkan bahwa Arab Saudi dan sekutunya tidak mengizinkan adanya negosiasi perdamaian sejak konflik Yaman pecah.

Sumber : presstv.com
Lebih baru Lebih lama